Selasa, 22 Juni 2010

Privacy....

Pagi yang cerah membuka hari ini. Kegiatan hari ini dimulai dengan belanja ke pasar untuk membeli sayur mayur dan ikan.
Dan masih seperti beberapa hari terakhir, harga aneka sayuran hijau seperti kangkung, bayam, kacang panjang, tunas kol dijual dengan harga 10 ribu per kilo. Padahal biasanya, kangkung dijual pada harga 5 ribu per kilo, bayam 6 ribu per kilo. Jadi berpikir, bagaimana generasi muda angkatan anak-anakku bisa makan sehat kalau harga sayur mayur sedemikian mahalnya.

Sepulang dari pasar, setelah membereskan belanjaan dan memasukkannya ke dalam kulkas, baru kusadari kalau birthday cake dari sebuah resort masih ada.
Aku segera keluarkan dan ingin membawa sepotong buat 'plain water break' he.. he.. karena aku kurang suka kopi jadi air putih saja yang tentu lebih menyehatkan.

Tiba-tiba berdiri di dekatku dan Hagi bertanya,'Bunda, kok bunda tidak makan cakenya?'
'Lha ini Bunda bawa untuk di kantor.'

Setelah kumasukkan kembali sisa cake di dalam tupperware ke dalam kulkas, aku segera membereskan diri untuk bersiap pergi ke kantor.
Ketika aku sedang check dan re-check isi tas, tiba-tiba Hagi bertanya lagi,'Bunda, aku boleh minta cakenya?'

Sejenak aku terkejut dengan pertanyaan Hagi, dan baru kusadari bahwa ini adalah buah dari apa yang aku ajarkan selama ini. Bahwa kita tidak boleh mengambil benda/barang sesuka hati meskipun kita tahu bahwa benda/barang tersebut adalah milik salah satu anggota keluarga.
Setiap dari kita harus meminta ijin pemilik benda/barang dan baru mengambil/meminjam hanya jika diijinkan.

'Boleh nak, tapi bagi adik juga ya... tidak dihabiskan sendiri'
'Ya, Bunda, makasih'

Senin, 21 Juni 2010

Suwe Ora Jamu....

Hari Sabtu, 19 Jun, adalah hari terakhir UAS Hagi. Kali ini, ujian ditutup dengan ujian menggambar dan menyanyi.
Menurut Hagi, semua murid diminta untuk menggambar jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang), jembatan kebanggan warga Kepri - Kepulauan Riau.
Sedangkan untuk ujian menyanyi, semua murid diminta untuk menyanyikan lagu daerah masing-masing.

Menurut Hagi, meskipun namanya mengandung marga 'Ginting', tapi tetap mau diakui sebagai orang Jawa. Jadi, Hagi ingin menyanyi lagu daerah Jawa.

Ini nih... yang jadi masalah. Selama ini, aku jarang mengajarkan bahasa ibuku. Jadi, aksen, dialek dan logatnya terdengar agak aneh. Dari beberapa lagu yang aku contohkan dari Gundul-Gundul Pacul, Gambang Suling hingga Suwe Ora Jamu, Hagi memilih Suwe Ora Jamu, karena syairnya paling pendek.

Mulailah berlatih menghafal sekaligus memahami nada lagunya.
'suwe ora jamu, jamu godong telo, suwe ora ketemu, temu pisan gawe gelo'

Awalnya aku harus membetulkan pronounce-nya, seperti contohnya 'telo', kata 'te' diucapkan dengan benar, sedangkan 'lo' diucapkan seperti hasil mengeja 'l' - 'o' - 'lo', padahal seharusnya 'lo' diucapkan seperti kata 'lo' di kata 'lolos'

Yang lain adalah kata 'gelo'. 'ge' dibaca seperti 'g'-'e'-'ge', padahal seharusnya seperti 'ge' di kata 'gegar'.

Setelah beberapa kali dilakukan pengulangan, akhirnya syair lagu sudah bisa didengar dengan enak. Bahkan Brein, yang notabene dari awal hanya jadi pendengar, bisa menyanyikan lagu 'Suwe Ora Jamu'.

Bahkan Brein juga bertanya apa maksud dari 'gawe gelo'......
'Ojo gawe gelo Bunda ya.... nak....' :)

Bed Time Story by Abang

Seperti biasa, sebelum tidur, Hagi dan Brein selalu minta baca buku cerita terlebih dahulu. Tapi untuk pertama kalinya malam ini, aku meminta Hagi untuk membacakan sebuah buku yang dipilih oleh Brein.

Awalnya, semua berjalan lancar hingga akhirnya ketika halaman yang belum dibaca menyisakan 3 lembar saja.
Brein,'Bunda, abang bacanya tak betul.'
'Tidak betul bagaimana dik? Kan yang dibaca abang sudah benar semua kalimatnya.'
Asumsiku, Brein protes karena isi cerita dibaca tidak sesuai yang biasanya, maklum karena sering dibaca, Brein bisa hafal di luar kepala.

'Bukan, Bunda,'sergah Brein,'Abang bacanya tidak seperti Bunda, dia bacanya pelan-pelan, tidak sekeras Bunda.'
Oalah nak, nak....
Akhirnya sisa cerita aku bacakan hingga mereka berdua tertidur.

Minggu, 13 Juni 2010

Berita Duka itu datang lagi....

Di tengah riuh rendah anak-anakku yang lagi sibuk dengan mainan masing-masing, tiba-tiba hpku berbunyi.
Nomor yang keluar di layar hp tidak aku kenali, tapi tetap saja aku angkat.
'Hallo...'

'Oh, hi Yun'

Aku segera mengenali suara agak berat dan tegas itu milik istri abang iparku.

'Ada apa, kak?'

Ternyata, kak Ida mengabarkan kalau adik lelaki ibu mertua kami baru saja meninggal 3 jam yang lalu, tepatnya pukul 2 siang.
Menurut adat Karo, adik lelaki ibu biasa dipanggil dengan sebutan 'Mama'. Dan bagi anak-anak dari saudara perempuan 'Mama' ini, 'Mama' adalah salah satu orang yang harus dihormati dalam artian, jika 'Mama' ini sedang punya gawe, maka yang harus sibuk mempersiapkan ini dan itu adalah mereka-mereka ini.
Apalagi, jika 'Mama' ini meninggal, maka mereka-mereka ini wajib datang untuk mengurus keperluan pemakaman.

Karena itulah aku segera mencari tiket buat suami untuk pergi ke Medan. Akan tetapi, semua penerbangan terakhir ke Medan sudah full book untuk hari ini.
Akhirnya diputuskan untuk terbang esok hari, 14 Jun.

Selamat jalan bapak, semoga amal ibadahmu diterima-Nya...

Sabtu, 12 Juni 2010

Obyektif atau Subyektif

Satu minggu setelah sms try out yang aku terima dari guru Hagi, aku menerima sms lagi.
Kali ini sms dari guru Hagi mengabarkan kalau Hagi mendapat voucher karena masuk 10 besar try out yang diadakan oleh salah satu Bimbel di Batam. Hanya karena sebentar lagi akan menghadapi UAS, jadi kabar ini belum disampaikan ke anak didik yang bersangkutan untuk menghindari rasa senang yang berlebihan sehingga mengendurkan semangat belajar.

Bukan masalah voucher yang belum diberikan ke Hagi, tapi isi sms itu yang menggelitikku 'bu, Hagi masuk 10 besar try out tanggal 5 jun kemarin dari xxxx, jadi dapat voucher tapi untuk sementara saya kasih setelah ujian supaya hagi tidak cepatpuas dengan hasil sekarang. atau ibu mau ambil? tq. ini penilaian dari xxxx, bukan dari saya. jadi benar-benar obyektif.'

Nah lo... jadi selama ini ibu subyektif donk...

Kamis, 10 Juni 2010

Martabak Bandung

Ketika matahari mulai tergelincir, sepanjang jalan utama di perumahanku mulai dipenuhi dengan pedagang makanan tentunya. Ada 4 gerobak penjual gorengan dari yang masih mempertahankan harga 500 rupiah/pcs hingga yang sudah mematok harga 2000 rupiah/3 pcs. Paling tidak ada 3 kedai nasi padang, beberapa ruko menyediakan bakso dan mie ayam bahkan sudah ada 2 diantaranya yang dulu laris manis sekarang sudah tutup, yaitu bakso kutoarjo dan bakso prambanan - specialis bakso telur puyuh.

Bahkan ada yang menyediakan bahan mentah dan segar kebutuhan dapur seperti sayuran, ikan, daging dan aneka bumbu. Pasar segar sore ini sangat dibutuhkan terutama oleh pekerja yang kerja shifting.

Lalu gerobak penjual kue pukis seharga 5000 rupiah per bungkus isi 10 pukis, tapi dia memperbolehkan pembeli untuk eceran. Pedagang Martabak Manis dan Martabak Telur tidak ketinggalan ikut meramaikan persaingan antar pedagang. Bahkan kulihat ada satu gerobak baru yang mengusung nama 'Martabak Bandung - Pelangi Baru' dan kurasa baru aku lihat 5 hari terakhir.

Sebenarnya kemarin aku sudah ingin mampir dan mencoba martabak yang dijualnya, tapi rupanya karena hujan deras, si penjual tidak membuka gerobaknya.
Hari ini, ketika pulang kerja yang sudah larut, aku melihat penjual martabak berjualan, jadi kuputuskan untuk membawa buah tangan buat anak-anakku sekaligus sebagai kompensasi karena aku pulang lebih larut dari biasanya.

Ada lebih dari 20 varian yang tertera di menu yang tertempel di sisi kanan dan kiri gerobak antara lain dari yang biasa seperti kacang, coklat dan keju, dia juga menyediakan menu dasar dikombinasi dengan jagung, pisang bahkan durian.

Karena ini cicipan perdana jadi aku memilih martabak pisang. Sambil menunggu pesananku dibuat, kutanyakan arti angka '05' yang tertempel di kaca gerobak. Katanya, angka '05' menunjukkan gerobak yang ke lima. Rupanya, penjual ini sudah punya 4 gerobak di tempat yang berbeda dan menurut pengakuannya, 4 gerobak yang lain dijalankan oleh adik-adiknya. Bahkan yang ke enam akan segera dibuka di perumahan sebelah karena adiknya yang dari padang akan datang besok.

'Padang?' tanyaku,'lho, jadi bapak bukan orang Bandung?'
'Ya, saya orang padang'
'Lalu kenapa disebut martabak bandung?'
'karena kalau martabak bandung tidak pake menu kelapa seperti martabak manis'

Halah... apa benar seperti itu ya... aku tidak mengerti. Ada yang tahu?

Rabu, 09 Juni 2010

Sarapan malam....

Jam sudah menunjukkan pukul 20:35, waktu dimana anak-anakku sudah bersiap untuk mengakhiri kegiatan hari ini di tempat tidur.
Ketika lampu sudah diredupkan tiba-tiba Brein berkata,'Bunda, ingat ya... jangan lupa seperti tadi malam. Adik mau sarapan malam.'
'Iya, Bunda tidak lupa, adik mau sarapan malam jam berapa?', tanyaku ke Brein.

'Adik mau sarapan malam di jarum panjang di angka 4 dan jarum pendek di angka 4',jawab Brein.

'Oke dik, insya allah, Bunda tidak lupa.'

Istilah sarapan malam mulai dipakai oleh Brein ketika bulan puasa 2009. Waktu itu, ketika kami sedang melaksanakan ibadah sahur, Brein tiba-tiba terbangun dan keluar dari kamar.
Melihat kami sedang bersantap sahur, Brein bertanya kenapa kami makan ketika hari belum terang.
Karena Brein tidak begitu jelas dengan istilah makan sahur, maka aku bilang Bunda sedang sarapan tapi ketika hari masih gelap. 'Oh, Bunda sedang sarapan malam ya..., jadi nanti kalau sudah terang, Bunda tidak sarapan lagi kan?'

'Iya, nak..'

'Adik juga mau sarapan malam', begitu katanya. Padahal kurasa karena sebenarnya Brein kurang senang kalau diminta sarapan sebelum pergi sekolah. Jadi dalam pemikirannya, dengan melakukan sarapan malam, dia tidak perlu harus repot-repot sarapan ketika akan berangkat ke sekolah.

Oalah...nak.. nak...

Membuat Pivot Table di Microsoft Excel 2007

Ketika pertama kali harus mengolah data dalam jumlah banyak, saya memakai MS Excel. Akan tetapi meskipun hasil pengolahan yang diinginkan dari minggu ke minggu selalu itu-itu saja, proses pengolahan data dengan memakai MS Excel cukup memakan waktu.

Kali kedua, yang saya lakukan adalah memindahkan cara penyimpanan data dari sheet di MS Excel ke dalam MS Access. Sehingga step by step pengolahan data dapat disimpan dalam bentuk query dan ini mempercepat proses pengolahan data weekly.

Namun, meskipun hasil akhir pengolahan data dapat dilakukan dengan cepat, saya harus selalu melakukan revisi terhadap database file bila ada Engineer lain yang membutuhkan data dengan komposisi yang berbeda. Dan ini sangat merepotkan dan membutuhkan waktu penyelesaian selain akan selalu bergantung pada seseorang untuk mendapatkan report yang diinginkan.

Ketika akhirnya komputer kantor diinstal MS Excel 2007 yang sebenarnya lebih rendah versinya dari pada yang kupunya di rumah, toh saya tetap penasaran dengan kelebihan MS Excel 2007 dibanging MS Excel 2003. Salah satunya adalah PIVOT TABLE.
Meskipun di versi 2003, kitapun bisa membuat Pivot Table, akan tetapi di versi 2007 terasa lebih user friendly.

Dalam pembuatan Pivot Table, yang dibutuhkan adalah data source. Data source bisa diambil dari file excel itu sendiri ataupun dari external source.
Demi kepraktisan dalam pengaksesan data oleh user, maka data source disimpan di external data source seperti berupa table di dalam access file. Dan access file disimpan di server sehingga bisa diakses oleh user setiap saat dan data akan selalu up to date.
Selain itu, saya tidak perlu mengganti cara operator melakukan data recording.

Keuntungan dari Pivot Table adalah setiap user bisa memanipulate table sehingga sesuai dengan apa yang diinginkan tanpa harus request terlebih dahulu.

Berikut ini step by step cara membuat pivot table:
1. Di Ribbon tool bar, pilih tab "Insert"

2. Setelah itu pilih 'PivotTable'

3. Akan muncul pop up window untuk memilih source data yang akan dianalisa

4.1 Jika data yang akan di analisa ada di file yang sama tapi sheet berbeda, maka klik di 'Select a table or range'

4.2 Japi jika data yang akan dianalisa berasal dari external, maka klik di 'Use an external data source'
Setelah itu klik button 'Choose Connection', setelah muncul pop up window yang menunjukkan list connection yang pernah dibuat. Jika connection yang diinginkan tidak ada di dalam list, kita bisa membuat koneksi baru dengan menekan button 'Browse for More' dan pilihlah folder dimana external source data yang diinginkan.

5. Setelah item 4 dilakukan, langkah selanjutnya adalah menekan button 'open' dan dalam tidak waktu yang tidak terlalu lama, kita akan mendapatkan pivot table.

Last but not least, butuh kesabaran dan ketekunan untuk mengeksplorenya. Selamat mencoba.

Sabtu, 05 Juni 2010

Brein dan huruf

Ketika akhirnya Brein bisa berkata-kata, aku merasa ada perbedaan dengan Hagi. Hagi bisa dengan sangat jelas melafalkan semua huruf dan kata, tapi Brein...

Apakah ini efek samping dari penyakit cacar yang kuderita ketika Brein berumur 7 bulan dalam kandunganku? Tapi bukankah, dokter kandungan yang memeriksaku waktu itu mengatakan bahwa tidak akan ada efek samping karena bukan di trimester pertama?

Memang, untuk Batita, terkadang susah melafalkan huruf 'R' dan 'L'. Tapi Brein, punya lebih banyak huruf yang tidak bisa dilafalkan, misal huruf 'S' yang berada di depan kata misal 's' di susu, 's' di sapi. Tapi untuk 'S' sebagai akhiran, Brein bisa melafakan dengan jelas, seperti kata 'eS' dan 'keraS'.

Huruf yang lain adalah 'M' dan 'K'. Yang aneh, huruf 'K' ini dilafalkan mendekati huruf 'T'.

Tapi ketakutanku sekarang sudah hilang, karena perlahan-lahan, Brein sudah bisa melafalkan huruf-huruf dan kata-kata tersebut dengan benar. Huruf terakhir yang bisa dilafalkan dengan benar adalah 'R' sebelum umurnya menjadi 5 tahun.
Sejak Brein bisa melafalkan huruf 'R', semua kata-kata dengan huruf 'R', maka 'R' akan terdengar dengan lebih jelas. Misalnya 'kiRI', 'ROti' dan 'RUmah'.

Entah sampai kapan 'R' akan dilafalkan dengan nada yang sama... :)

Beli eceran atau kulakan?

Dulu, aku tidak begitu paham kenapa ibu terkadang membeli barang yang sama dalam jumlah besar meskipun perlu waktu berbulan-bulan untuk menghabiskan stok.

Sekarang ini ketika aku pada posisi seperti ibu sebagai manager rumah tangga, aku menyadari apa yang dilakukan sebenarnya bagian dari penghematan. Karena membeli dalam jumlah banyak, terkadang konsumen mendapat hadiah barang berupa piring, mangkok atau gelas, juga harga per-pcsnya juga menjadi lebih murah.

Namun, tidak semua barang yang dibeli dalam partai besar akan membuat kita menjadi hemat. Terutama kalau yang dibeli adalah berupa makanan atau minuman. Contohnya, anak-anakku setiap hari maunya minum susu siap minum. Saat ini, Brein sudah bisa beli sendiri ke minimarket di ujung gang. Setiap beli susu yang disukainya, Brein selalu melipatgandakan jumlahnya, karena Brein akan membaginya dengan abangnya.

Sehari kalau dihitung total beli eceran hanya 10 ribu per anak. Akan tetapi kalau aku membeli dalam jumlah banyak, susu siap minum akan habis dalam waktu singkat. Kalau dikonversikan ke dalam rupiah menjadi 14 ribu per anak.

Contoh lain, ketika harga telur per pcs di warung sebelah rumah adalah 1000 rupiah, sementara di supermarket hanya dijual 19900 rupiah per papan, maka sudah semestinya harga per pcsnya akan lebih murah.
Akan tetapi ketika dihitung kembali, biasanya dalam satu bulan hanya menghabiskan 1.5 papan yang dibeli eceran, ini satu papan dari supermarket habis tidak sampai 1 minggu.
Kenapa? Karena ketika lauk yang dihidangkan adalah berbahan dasar ikan, anak-anak akan minta si mbak untuk goreng telur.

Alih-alih mau hemat jadi tidak hemat. Alih-alih sudah menyiapkan berbagai jenis sumber makanan, jadinya yang dimakan tiap hari, ya itu-itu saja.

Jadi, kita harus bijak dalam menentukan mana yang memang menguntungkan dan mana yang malah membuat buntung.

Kamis, 03 Juni 2010

BB aka Bau Badan

Siang itu, ketika aku sedang asyik pencet-pencet tuts, seseorang datang menghampiri cubicle-ku. 'Bunda, tadi ketika audit di line, ada PE yang menarikku keluar dari rombongan. Katanya, kasih tau donk temanmu itu, kan sekarang dia yang harus menemani customer kalau lagi audit, masak dari dulu sampai sekarang, BB-nya nggak pernah hilang?'

'Lalu, kenapa sekarang ngomong ke aku? Bilang aja langsung kan lebih baik?'

'Kan Bunda biasanya satu group makan siang dengannya, Bundalah yang ngomong ya...'

Alamak, pikirku. Memang dulu pernah, sebut saja si A yang punya BB 'ehem' ini kirim sms ke aku. Dalam sms-nya si-A pernah ditegur oleh salah seorang teman dekatnya tentang kadang-kadang si A ini punya BB yang lebih menyengat dibanding biasanya.
Waktu itu, kubalas bahwa memang BB bisa lebih menyengat kalau kita sedang haid atau kita habis menyantap sesuatu.

Akan tetapi tidak semua orang, meskipun sedang mempunyai BB menyengat akan mengganggu lingkungan sekitarnya.
Kukatakan waktu itu, kalau si-A ini memang kadang-kadang seperti itu. Saran yang kuberikan waktu itu adalah untuk memakai tawas (http://www.facebook.com/notes/yuyun-linuwari/tips-menghilangkan-bau-badan/398404972669), karena yang kutahu ada beberapa orang yang berhasil menghilangkan BB berkat bantuan tawas.

Tapi rupanya dari hasil diskusiku dengan si-A ini, dia tidak pernah mencoba memakai tawas, terlebih dia juga suka ngemil keju setiap pulang kerja... nah lho...

Dulu di officeku juga ada yang ber-BB tapi sudah resign. Sebenarnya, apakah mereka sendiri tidak merasa bahwa BB-nya menyengat? Sementara, aku sendiri, ketika sedang berolah raga merasa bahwa BB-nya juga berbeda. Ah, entahlah... ngapain juga kupikirkan...