Selasa, 28 Desember 2010

Kampungan dan Bataman

Sebagai keluarga kecil yang merantau seperti kami, kunjungan salah satu anggota keluarga besar adalah saat yang sangat dinantikan.
Kali ini, yang datang berkunjung adalah keluarga kakak ipar lengkap dengan tiga orang anak perempuannya. Meskipun akhir tahun 2009, Brein sudah pernah bertemu, tetap saja pertemuan akhir tahun 2010 menjadi sesuatu yang asing, tapi tidak untuk abang Hagi.

Abang Hagi sudah cukup besar untuk duduk bersama dan aktif menemani dan bercerita sejak mereka datang dari bandara udara.
Bagaimana dengan si adik? Banyak celotehannya yang membuat ger-geran kami semua.
Misalnya ketika bungsuku yang berumur 5.5 tahun ini ditanya oleh Bibinya,”Adik Brein, ajak ini kak Fany main. Sepertinya mainannya bagus ya…”

“Sinilah kalau mau, datang sendiri ke kamar kan bisa. Kalau nggak mau ya, nggak apa-apa kok… terserah saja.”

Kali lain Brein bertanya,’Bibi, mau ikut kami ke Singapore ya..’

‘Iya, dik..Bibi belum pernah ke Singapore, nanti ajari ya.’

‘Tapi, Bibi harus kerja seperti Bunda biar dapat uang Singapore. Uang Batam dan Uang kampung, tidak bisa dipakai.’

‘Uang Singapore itu seperti apa?’, tanya Bibinya.

‘Ya, uang Singapore lah.. mana ada di kampung uang Singapore. Bibi ini kampungan lah.. nggak tahu uang Singapore.’

‘Iya, ya… Bibi ini kampungan nggak tahu uang Singapore. Kalau Bibi kampungan, adik yang tahu uang Singapore namanya apa?’

‘Ya, orang Bataman lah…’

Grr..grr… kami semua tergelak mendengar istilah Bataman dari Brein. Ada-ada saja…