Rabu, 26 Mei 2010

Penjual Rujak

Hari sangat panas, ketika aku melewati kedai rujak. Menurut temanku, rujak di kedai sederhana itu enak. Jadi kupikir, ada baiknya aku cicipin hasil racikan rujaknya.

Seorang ibu yang sudah memasuki usia pensiun menyambutku. Setelah menanyakan apa yang ingin kupesan, si ibu penjual rujak segera meracik pesananku.
Sambil mengulek di cobek batu yang berukuran besar, beliau bercerita bahwasanya untuk orang seusianya, ibu itu merasa nggak nyaman kalau cuma duduk-duduk nggak ada kerjaan.

Ibu ini berasal dari Yogjakarta, tepatnya di lereng gunung kidul. Beliau merantau ke Batam sudah sejak 3 tahun lalu dan tinggal bersama anak, menantu dan cucu perempuannya.
Menurutnya, meracik rujak sudah dijalaninya sejak dahulu kala.

Pembicaraan berlanjut ke masalah pemilu pemilihan kepala daerah langsung yang akan ditutup beberapa menit lagi di pukul 13:00 PM. Ibu penjual rujak memilih untuk tidak memakai hak pilihnya karena menurutnya, siapapun yang dipilih, selama ini tidak terlihat ada perubahan.

Tak berapa lama, rujak pesananku sudah siap. Setelah membayar harga seporsi rujak cingur dan seporsi rujak buah, aku segera meluncur ke rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar