Jumat, 25 Desember 2009

Berita Mengejutkan

Sore itu, setelah lelah mengunjungi Bugis, Orchard dan JP, aku dan anak-anak hanya menghabiskan waktu di apartment adikku sambil merakit mainan hasil jarahan di Bugis.
Di tengah asyiknya merakit benda-benda kecil, nokiaku yang sudah berumur hampir 2 tahun tiba-tiba menjerit. Di layar ponsel terlihat nomor dari Indonesia.

Belum sempat diangkat, sambungan internasional itu sudah terputus. Aku putuskan untuk mengirim sms untuk menanyakan apakah ada keperluan yang penting, namun tiba-tiba ponselku berdering lagi.

'Halo', sapaku.

'Yun, aku ngerti awakmu wis nduwe rencana dewe, dadi yo ora perlu dibatalno yo' (Yun, aku tahu kamu sudah punya rencana sendiri, jadi tidak perlu dibatalkan ya), itu suara bapakku di seberang sana.

'Wonten nopo, to pak', tanyaku dengan hati berdebar-debar nggak karuan, karena tidak biasanya bapakku berkata-kata dengan pelan dan menyampaikan pesan yang menurutku aneh.

'iki ono berita, yen mau sekitar maghrib, mas Ir dipundut karo sing kuasa'

Hatiku semakin nggak karuan. Duh, duh... om.. om... gimana ceritanya kok bisa seperti ini? Tidak ada angin tidak ada hujan.

Mas Ir adalah orang yang paling dekat dengan keluarga kami, karena sejak lulus SMP bertahun-tahun silam, mas Ir ini diajak oleh ibuku ikut merantau untuk sekolah di tempat ibuku menjadi guru SPG.

Mas Ir inilah yang dulu selalu mengajakku mudik ke tempat nenek kami di Madiun.

Mas Ir inilah yang dulu bersusah payah mengambilkan rapor kami.

Mas Ir inilah yang dulu menemani kami bertiga di rumah ketika ibu harus merawat bapak di RS Nganjuk ketika terjadi kecelakaan Lalin.

Mar Ir inilah... betapa banyak hal yang sudah mas Ir lakukan untukku, untuk adik-adikku dan untuk keluarga kami, terlebih ketika bapak terkena stroke sementara kami, anak-anaknya, sudah jauh merantau.

Selamat jalan Om, semoga amal ibadah Om diterima oleh-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar