Kamis, 24 Desember 2009

Punya Kebaya?

Hari menjelang siang, ketika kudengar dering ponsel. Kudengar suamiku bercakap-cakap dengan seseorang dan setelah pembicaraan itu ditutup, tiba-tiba dia berkata,'punya kebaya?'
'untuk apa?'
'Lily bilang suruh bawa kebaya' (Lily aka mamak Uci).
Pemberitahuan mendadak dan just in time, karena kalau terlewat satu menit saja, kami sudah berangkat ke terminal ferry dan bye-bye kebaya.

Kembali ke laptop aka kebaya. Selama aku merantau di Batam, kurasa bisa dihitung jari aku menerima undangan pernikahan. Sebagian besar pendatang yang akhirnya menikah, biasanya akan pulang ke kampung asalnya untuk menggelar akad nikah dan resepsi. Kalaupun akhirnya mereka juga mengadakan syukuran di Batam, selalunya dalam suasana informal. Kami bisa datang dengan memakai baju apapun yang penting sopan, tidak ada dalam kamus harus memakai dress code 'pakaian nasional'.

Satu-satunya kebaya yang aku punya dan aku bawa ke Batam adalah kebaya brokat putih yang kupakai pada waktu akad nikah 9.5 tahun lalu. ha.. ha.. ha..
Apa ya cukup? Wong anak sudah dua...

Eits, untung saja aku sudah berusaha keras untuk mencapai BMI ideal. Alhasil, kebaya 9.5 tahun lalu, muat di badan lagi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar